Archive for Januari 2016
Minggu, 31 Januari 2016
Sebelumnya, di Kamen Rider VVota!
“Kau masih di teater???” tanya Karen yang mungkin khawatir.
“Tidak, aku sudah menjauh dari teater, aku tidak apa-apa, tidak
usah mengkhawatirkanku.” Jawab Evan.
“Apa kita bisa bertemu sore ini?” kata Karen. “Aku mau ngomong
sesuatu sama kamu. Iyaa, jadi sebenarnya, selama ini, aku…”
“Aku moenster!”
“BERSIAP-SIAPLAH PARA VVOTA DAN PARA MEMBER AKAN REVOLUSI IDOL”
sebuah pesan tertulis yang ditempel di belakang pintu teater.
Handphone Evan pun berbunyi. Ternyata pesan singkat yang
berisikan, “Markas. Sekarang.”
***
Evan sudah tidak memiliki tenaga lagi di dalam tubuhnya sehingga
ia tidak bisa berlari. Ia berpikir untuk naik transportasi umum, tapi tiba-tiba
ada yang mengagetkannya dari belakang. Ternyata itu motor Sandy.
“Buru-buru amat? Sini aku antar.” Kata Sandy sambil turun dari
motornya lalu membuka bagasi dan mengambilkan helm.
“Woh, m-makasih, San.” Jawab Evan.
“Mau ke mana kita?”
“Oh ke daerah…” Jawab Evan sambil menunjukkan tempat yang menjadi
markas Anton dan Ryan melalui handphonenya.
“Ohh daerah situ, enggak terlalu jauh juga. Ayo!”
Sandy pun memberi tumpangan kepada Evan menuju rumah Anton. Karena
hari sudah gelap, dan di Jakarta jam-jam itu adalah jam pulang kantor yang
membuat jalanan bisa macet hingga tengah malam, jadi tak heran jika mereka bisa
sampai dalam waktu yang lama meski jaraknya tidak terlalu jauh. Setelah
menempuh macetnya jalanan Jakarta yang bagai neraka-nya lalu lintas itu,
akhirnya sampailah mereka di rumah Anton. Ada sebuah mobil minivan berwarna hitam
yang terparkir di depan gerbang rumah Anton.
“Permisi!” teriak Evan.
Setelah beberapa saat keluarlah seorang pria dengan postur tubuh
yang tidak terlihat seperti anak muda.
“Iya?? Anda sedang mencari siapa ya?” tanya pria itu.
“Maaf om, menganggu malam begini, Antonnya ada?”
“Oh temennya, Anton. Anton, ini temanmu!”
“Bentar, pah!” teriak suara Anton dari dalam rumah.
Ternyata mobil itu adalah mobil orang tua Anton yang siang tadi
sedang tidak ada di rumah.
“Eh Evan, masuk sini, aku sudah menunggumu dari tadi. Ryan juga
sudah di dalam kok.”
“O-Oh, iya.”
Evan pun memasuki rumah Anton, dan masuk ke ruangan kerja Anton,
dan di sana sudah ada Ryan yang sedang mengotak-ngatik komputer.
“Tujuan kami memanggilmu adalah, ini.”
Anton mengeluarkan sebuah kartu yang sangat indah, dan berwarna
emas berkilauan, dan tidak-lain dan tidak bukan, itu… adalah… photopack!
“P-PHOTOPACK? DARIMANA KAU MENDAPATKANNYA? INI BAGUS SEKALI!”
teriak Evan tiba-tiba sambil kegirangan.
“Ini adalah Ultimate Photopack, sebenarnya ini adalah versi
barunya dari Legendary Photopack yang digunakan kesatria vvota beberapa tahun
lalu yang mengalahkan VVoshrek. Entah siapa yang mengirimkan photopack ini,
tapi yang pasti, kau bisa mengalahkan para VVombie dan VVoshrek menggunakan
ini!”
“Wah, bagus juga ini! A-Aku ambil ya.” Teriak Evan lagi kegirangan
sambil membalikkan kartu itu. “Wah….
MARIAGENOVEVANATALIADESYPURNAMASARIGUNAWAN!!!!!”
“Konon ada 4 Ultimate Photopack yang
tersebar. Jika kau menemukan semuanya, kau bisa mengalahkan VVoshrek.” Kata
Anton.
“Hmm, lalu 3 photopack lagi siapa saja?”
“Masih ada Shanju, terus…” jawab Anton yang belum selesai bicara.
“SHANJUUUUUUUU!!!!!!” potong Evan sambil berteriak.
“Sudah cukup gesreknya? Masih ada Melody Veranda.” Lanjut Anton.
“Hmm, jadi aku harus mencari 3 lagi ya.” Gumam Evan.
“Teman-teman, VVombie sedang berulah di sebuah tempat nongkrong!
Mereka menyerang para VVota di sana!” teriak Ryan.
“Ini waktumu. Ayo kita pergi!” kata Anton dengan semangat.
Mereka pun bersiap untuk melawan VVombie. Akhirnya Anton pun
mengambil kunci mobil vannya dan berpamitan dengan orang tuanya.
“Mah, Pah, aku pergi dulu sama temen-temen ya!” katanya.
“Hati-hati di jalan, nak.” Jawab ayahnya.
Mereka pun naik mobil, dan mereka pun langsung menuju jalan
tersingkat menuju tempat VVombie menyerang. Tapi satu hal yang baru mereka
ingat, jalan Jakarta sedang macet-macetnya pada saat itu.
“Oh iya, jalan ini lagi macet. Aku lupa.” Celetuk Evan.
“Bukannya ngomong dari tadi…” kata Ryan kesal.
Akhirnya mereka meloloskan diri dari kemacetan dan berusaha
melewati jalan-jalan kecil yang memintas menuju daerah yang mereka tuju.
Akhirnya sampailah mereka. Para VVombie terlihat sedang menyerang beberapa
VVota, lalu beberapa VVota terkapar di tanah, dan juga VVota-vvota lainnya
diculik oleh VVombie.
“Hoi, kau pikir kau sedang apa?” teriak Evan dengan nada sok
berani.
“Hmm? Siapa kau? VVota yang ingin mati juga ya?” jawab VVombie
itu.
“Kau siapa? Orang baru? Masa tidak tahu? Aku ini Kamen Rider
VVota! Aku akan melindungi para VVota, member, dan JKT48 meskipun dengan
nyawaku!” teriak Evan
“Hmm, dia adalah orang yang tepat.” Gumam Anton dalam hati.
Evan pun langsung menggulung bagian lengan jaketnya, mengeluarkan
VVota Card dari kantung kiri celananya, dan ia pun berubah.
“Berubah!” teriaknya.
*VVOTA Form. ourya oi, ourya oi, ourya oi, ourya oi, aaaaa yosha
ikuzo!*
“Pembela kebenaran di dunia ngidol! Aku Kamen Rider VVota!”
teriaknya sambil berpose.
“Pembela kebenaran? Kau lebih terlihat seperti pecundang.” Jawab
VVombie itu yang langsung berlari menyerangnya.
“Cih, kita lihat saja pada akhirnya.” Kata Evan.
Akhirnya mereka pun bertarung dengan tangan kosong. Sambil saling
menghajar, Evan cukup tidak konsentrasi karena bau asem dari ketek VVombie itu
yang mematikan. Ia sadar ia tidak bisa menyerangnya jika dari dekat.
“Hey, gunakan Ultimate PP!” teriak Anton.
“Oh iya, benar juga!” teriak Evan.
Evan pun mengeluarkan Ultimate PP Desy yang ia ambil dari Anton.
Ia pun mencabut VVota Card, dan menggantinya dengan Ultimate PP Desy.
*Chouzetsu Kawaii! Genoveva Form*
“Mempunyai daya tarik
yang akan selalu membuat kalian semua penasaran!” kata Evan sesudah ia berubah
form. “Wah, form ini bagus juga.”
Lalu ia pun dengan percaya diri menyerang para pasukan VVombie
yang lain. Pertarungan mereka berjalan cukup sengit. Dan akhirnya pertahanan
VVombie tadi pun lengah, jadi ada celah waktu untuk menggunakan Hissatsu.
“Hissatsu.”
*VVaro Force.*
Tiba-tiba bilah pedangnya bercahaya bagaikan light stick. Evan pun
menyerang VVombie dengan hissatsunya.
“Rasakan ini!! Hiyaaa!!” teriak Evan sambil menyerang VVombie.
“Titan Slash!” teriak Evan yang sedang menyerang VVombie tadi dan di
belakangnya terlihatlah sebuah sosok yang amat besar.
“Huuukk, tidaaaak!!!” teriak VVombie itu, lalu akhirnya meledak.
Pasukan VVombie yang lain pun kabur karena pemimpin mereka hancur.
Terlihat pula ada orang berbaju serba hitam yang dilihatnya di teater tadi
siang, tapi masih ia hiraukan. Para VVota yang hampir diculik itu pun
bersukacita karena mereka selamat, dan berterima kasih kepada Kamen Rider
VVota.
***
Selanjutnya di Kamen Rider VVota
“Terima kasih ya kak! Gara-gara kakak kita selamat!”
“Temanku yang seorang vvota juga, tiba-tiba dia lupa tentang
JKT48! Bahkan dia bertanya apa itu oshimen, dan siapa oshinya dia itu!” kata
Anton.
“Antoon, selamatkan aku!!” teriak Ryan.
“Hah? Ryan? Ke… HEII RYAAANN!!!”
*VVaro Force*
“RAMPAGE SLASH!”
Episode 5: Amnesia.
Sabtu, 30 Januari 2016
Hai para vvota, kali ini gwe akan memberikan sedikit cuplikan gambar tentang VVota form, nanti selebihnya nanti gwe update lagi oke :3
Sekian buat kali ini :D tunggu episode 4 besok ya!
Itu adalah kepala dari VVota form Kamen Rider VVota. Form ini memiliki Windshield di depan mata yang gwe juga gatau fungsinya buat apa :v menurut gwe ya keren aja.
Dan juga ada lightstick di kepala, maksudnya sih sebagai icon tiap form, jadi tiap form, warna lightstick beda-beda tergantung warna dominan formnya.
Ini adalah Light Sword yang digunakan Evan dalam wujud Kamen Rider VVota. Ada semacam trigger gitu di handlenya buat supaya si Evan bisa ganti-ganti senjata dengan cara mencet-mencet triggernya, dan senjata tergantung form.
Sekian buat kali ini :D tunggu episode 4 besok ya!
Tag :// Trivia
Minggu, 24 Januari 2016
Sebelumnya, di Kamen Rider VVota!
“Perkenalkan namaku Anton, ini partnerku yang lagi menyetir,
Ryan.”
“Gimana hasil tes kakakmu?” tanya Anton.
“Ahh, bukan apa-apa.” Jawab Ryan.
“Jenderal VVoshrek? Siapa?”
“Ton, senjatanya sudah beres!” teriak Ryan.
***
“Wah, udah beres aja.” Jawab Anton berteriak.
“Guys, ini nih, pedang baru yang udah aku kembangkan jadi bisa
menggunakan teknologi VVota Card. Kan kau itu Kamen Rider VVota, jadi berilah
nama buat pedang ini.”
“Hmm, light stick- pedang- hmm…” gumamnya. “B-Baik, Light-Sword!
“Nama macam apa itu?” tanya Anton dengan nada mengejek sambil
menggeleng-gelengkan kepala.
“Aku ga jago dalam urusan nama, oke?” jawab Evan.
“Soal identitasmu sebagai Kamen Rider kau rahasiakan ya, jangan sampai
semua orang lain tahu, maupun sahabat, pacar bahkan jika itu member sendiri
ataupun JOT. (JKT48 Operation Team)”
“O-Oke deh.”
Tiba-tiba muncullah notifikasi pesan di handphone Evan.
“Kau masih di teater???” tanya Karen yang mungkin khawatir.
“Tidak, aku sudah menjauh dari teater, aku tidak apa-apa, tidak
usah mengkhawatirkanku.” Jawab Evan.
“Baguslah kau baik-baik saja. Apa kita bisa bertemu sore ini? Di
café yang biasa oke?” tanyanya lagi.
“Baiklah, aku mungkin akan terlambat datang ke sana.” Jawab Evan
lagi di handphonenya.
“Siapa? Tanya Ryan.
“Pacar?” tambah Anton.
“Bukan, temanku, Karen, dia mengajakku bertemu, aku pergi dulu ya!
Pedangnya aku titip dulu di sini.” Teriak Evan.
“Baiklah, kalau bisa besok ke sini ya, nanti lokasinya aku kirim
ke handphonemu.” Balas Anton. “Ryan sudah menambahkanmu sebagai teman juga,
jadi tidak masalah.”
“Pedangnya dibawa saja, ini mudah untuk dibawa kok.” Kata Ryan
sambil menekan tombol seperti pelatuk senjata api, dan bilah pedang itu pun
menghilang.
“Dasar, peretas. Baiklah akan kubawa.” Gumam Evan sambil mengambil
pedang itu lalu meninggalkan tempat itu.
Evan pun langsung menaiki kendaraan umum untuk menuju café yang
biasa ia kunjungi bersama Karen sejak awal mereka mulai sering bertemu, yaitu
J-Café. J-Café adalah tempat yang cukup menarik, desain café-nya juga desain
Jepang modern, dan juga setiap malam minggu sering ada perform dari para
penyanyi solo, maupun band, dengan genre yang juga bervariasi. Setelah menempuh
perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya sampailah Evan di J-Café.
“Irashaimase!” sambut pelayan di café itu saat Evan memasukinya.
Terlihatlah Karen yang mengenakan baju berwarna pink, jaket
berwarna abu, celana jeans biru panjang, dan sepatu kets berwarna pink-putih.
“Maaf, udah nunggu lama ya?” tanya Evan sambil menarik kursi dan
duduk.
“Gak juga, aku baru sampai 2 menit yang lalu kok.” Kata Karen.
“Jadi ada apa, Ren?” tanya Evan.
“Aku khawatir tentang serangan di teater kemarin.” Kata Karen.
“Kau tak usah khawatir, soalnya kan… eng… ada… kesatria berani
yang akan melindungi para member dengan gagah berani!” kata Evan dengan nada
agak keras sambil berdiri dari kursinya dan berpose layaknya seorang kesatria
berani.
“Ah kau ada-ada saja, hahaha.”
“Dan juga aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Tambah Karen.
“Iya, kenapa?”
“Iyaa, jadi sebenarnya, selama ini, aku…”
Tiba-tiba handphone Evan berdering.
“Sebentar ya, Sandy nelepon nih.” Jawab Evan. “Iya kenapa, San?”
“Eh Van, kau tidak apa-apa?” tanya Sandy di telepon.
“Iya aku tidak apa-apa, kenapa memangnya?” tanya Evan.
“Tidak, aku bingung mencari-carimu yang tiba-tiba menghilang
sesudah serangan di teater.”
“Ohh itu, eng… gimana ya.. eng… oh iya aku tadi kan langsung lari
gitu, ehehehe.” Jawab Evan dengan agak terbata-bata.
Karen memasang pandangan dia-pasti-berbohong.
“Yasudah kalau begitu, kemarilah, aku
dapat sesuatu yang penting dari serangan teater tadi, dan juga aku melihat
monster di sini!” Kata Sandy.
“Hah? Apa katamu? Sial” jawab Evan. “Send location-mu, aku akan
datang.”
Evan pun menutup telepon, “Ren, maaf, aku harus ketemu Sandy nih,
tidak apa-apa ditinggal ya? Kau juga hati-hati loh. Dadah!”
“I-Iya, d-dadah.” Jawab Karen yang terlihat di raut wajahnya, agak
kecewa. Tapi ia tetap tersenyum.
Dari J-Café, Evan berlari menuju tempat di mana Sandy melihat
monster, yang pastinya vvombie. Akhirnya ia pun sampai.
“Sandyyy!!” teriak Evan.
“Van, di sebelah sini!” teriak Sandy, kembali.
“Hmm, jadi itu monsternya, dia gak keliatan seperti VVombie.”
Gumam Evan. “Cepat lari!” teriak Evan.
“Berubah!”
*VVOTA Form. ourya oi, ourya oi, ourya oi, ourya oi, aaaaa yosha
ikuzo!*
“Pembela kebenaran di dunia ngidol! Aku Kamen Rider VVota! Rasakan
ini VVombie!” teriak Evan sambil menyerang.
“Aku bukan VVombie, huhuhu. Aku moenster!”
“Apapun namamu itu, itu sangat meresahkan dunia peridolan!”
Mereka pun bertarung cukup sengit, tapi moenster ternyata lebih
kuat daripada Kamen Rider VVota.
Ryan pun menghubungi Evan melalui jaringan, “Gunakan pedangnya! Tekan
tombol yang mirip pelatuk itu!”.
“B-Baik.” Kata Evan.
Ia pun mengambil gagang pedang yang ada di belakang beltnya lalu
menekan tombol itu. Gagang pedang itu layaknya grip senjata. Sesudah tombol itu
ditekan, tiba-tiba muncullan bilah pedang yang cukup panjang.
“Wogh, Light Sword. Oke dah! Rasain ini moenster!” teriak Evan.
Kepercayaan dirinya menyebabkan semangat yang tak patah demi JKT48
membuatnya melakukan serangan bertubi-tubi kepada moenster hingga moenster itu
pun lengah.
“Gunakan Hissatsu. “Lepas VVota Card dari braceletmu, lalu
pasangkan di PP Deck di pedangmu, itu hissatsunya!” teriak Ryan.
“B-Baik. Rasakan ini. Hissatsu: Light Saber!” teriak Evan.
*VVaro Force*
Bilah pedang itu pun menyala bagaikan light stick.
“Haaaaaaargh! Taiga! Faiya! Saiba! Faiba! Daiba! Baiba! Jya jya!”
teriak Evan dengan menyerang dengan 1 kata per 1 serangan kepada moenster itu.
“Aaaargh tidakk…” kata moenster itu sambil terjatuh. “Kau akan
menerima a…” lanjut moenster itu, lalu meledak.
Evan pun mencabut VVota Card dari pedangnya lalu ia pun berubah
kembali menjadi manusia biasa. Sandy pun menghampirinya.
“Mana monster tadi?” katanya.
“Ohh, tadi ada kesatria berani yang melawannya.” Jawab Evan dengan
nada sombong.
“Ohh begitu ya.”
“Ngomong-ngomong kau mau beritahu apa tadi?”
“Oh iya, sesudah serangan di teater tadi, aku menemukan ini…”
“BERSIAP-SIAPLAH PARA VVOTA DAN PARA MEMBER
AKAN REVOLUSI IDOL” sebuah pesan tertulis yang ditempel di belakang pintu
teater.
“Sial.” Gumam Evan.
Handphone Evan pun berbunyi. Ternyata pesan singkat yang
berisikan, “Markas. Sekarang.”
“Maaf, San, ada urusan lagi, aku harus pergi. Nanti kita ngobrol
lagi ya!”
***
Selanjutnya di Kamen Rider VVota
“P-PHOTOPACK? DARIMANA KAU MENDAPATKANNYA? INI BAGUS SEKALI!”
teriak Evan tiba-tiba sambil kegirangan.
“Teman-teman, VVombie sedang berulah di sebuah tempat nongkrong!
Mereka menyerang para VVota di sana!” teriak Ryan.
“Mempunyai daya tarik yang akan
selalu membuat kalian semua penasaran!”
Episode 4: Ultimate Photopack!
Minggu, 17 Januari 2016
Sebelumnya, di Kamen Rider VVota!
Evan adalah seseorang VVota pemula, yang terkagum-kagum oleh
Jepang; musik dan budayanya. Ia adalah seorang desainer yang bisa dibilang
“sukarela”. Namun ia terkenal anti-sosial, alias pendiam, dan dia juga kurang
bisa bersosialisasi dengan sesama.
“Berubah!” teriak Evan.
Tiba-tiba terdengar suara *VVOTA Form. ourya oi, ouyra oi,
ourya oi, ourya oi, aaaaa yosha ikuzo!*
“B-Baik! Hissatsu
*VVaro Force*
“VVaro Kick!”
Minggu, 10 Januari 2016
Langkah kakinya terhenti saat ia menginjak eskalator. Ia
sedang menuju lantai 4 di FX. Ia terlihat agak buru-buru. Ia langsung berlari
ke arah teater JKT48. Tapi sebelum ia sampai ke depan teater, terjadilah sebuah
ledakan di depan teater. Lalu di bayang-bayang asap hasil ledakan terlihatlah
seseorang yang ia tidak ketahui yang terlihat sedang memerintah seperti pasukan
untuk masuk ke dalam teater dan menyerang. Ia sempat tak sadar untuk beberapa
saat, lalu terbangun. Ia langsung melipat bagian lengan jaketnya yang sebelah
kanan, mengambil sebuah kartu dari kantungnya, dan memasukkannya ke benda
seperti gelang. “Henshin!” teriaknya. Tiba-tiba ia berubah menjadi seorang
kesatria bertopeng dan melawan orang yang menyerang teater JKT48.
***
“Aduh, ternyata mimpi ya.”
Evan adalah seseorang VVota pemula, yang terkagum-kagum oleh
Jepang; musik dan budayanya. Ia adalah seorang pemuda lulusan IT, yang sedang
mengajukan sebuah pekerjaan ke suatu perusahaan. Dan juga ia terkenal
anti-sosial, alias pendiam, dan dia juga kurang bisa bersosialisasi dengan
sesama. Ia juga memiliki seorang sahabat yang bernama Karen. Karen adalah
seorang wanita yang hidup mandiri dan sudah bekerja sebagai akuntan di sebuah
perusahaan yang tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil.
“Selamat pagi :)” terlihatlah notifikasi di telepon genggam
Evan.
“Selamat pagi, Karen.” Jawabnya.
“Siang nanti ada waktu? Kita makan siang yuk?”
“Maaf, aku mau ke teater JKT48, besok aja gapapa?”
Karen hanya membaca jawaban Evan. Setelah 10 menit,
muncullah balasan.
“Oke :)”
Hari ini adalah hari pertamanya pergi ke teater JKT48. Waktu
menunjukkan pukul 7 pagi. Ia pun bersiap-siap. Ia memanaskan mentega di teflon,
lalu mengoleskan selai kacang ke roti yang akan ia santap, lalu dipangganglah
roti itu. Tak lupa juga membuat teh hangat. Sesudah sarapan, ia menggosok
giginya dan mandi, lalu memakai baju bertemakan JKT48 sebelum ia berangkat ke FX.
Karena ini adalah hal pertamanya yang cukup bersejarah bagi dirinya, dia
berangkat bersama fanbase oshinya, Shanjunisme.
“Oi San.”
“Oi San.”
“WOOIII SANDYYYY!”
Evan terus memanggil temannya Sandy, yang hendak menemaninya
pergi ke teater untuk pertama kalinya.
“Incoming call from Evan.” Tulisan itu terpampang jelas di
handphone Sandy dengan bunyi ringtone lagu River.
Sandy pun terbangun, lalu melihat handphonenya yang daritadi
berbunyi notifikasi pesan.
“SANDYYY”
“KAU KEMANA?”
“KATANYA MAU MENEMANIKU.”
“INI HARI PERTAMAKU TEATER-AN, INGET KAU LUPA?”
“SANDYYY.”
“SANDYYYYYY”
“OOOOIII”
“OYY”
“OYY”
“OYY”
“OYY”
“OYY”
Sandy juga melihat ada 5 telepon tidak dijawab olehnya dan
semuanya berasal dari Evan. Sandy pun membalas.
“Taiga.. faiya.. saiba.. faiba.. daiba.. baiba.. jya jya!”
“Malah ngechant. Kau di mana? Udah jam berapa ini? Kita udah
di depan FX ini!” jawab Evan lagi.
“Oh iya maaf, aku kesiangan! Sebentar lagi aku ke sana.”
Akhirnya setelah 30 menit, Sandy pun datang. Tapi saat Sandy
tiba, yang lain sudah duluan menuju teater. Evan terlihat sedang menunggu Sandy
di lobby FX.
“Maaf, maaf, aku kesiangan.”
“Ya sudah deh yang penting kau datang. Ayo, yang lain sudah
naik ke atas.”
Mereka pun menaiki eskalator menuju lantai 4. Sesampainya
berada di lantai 4, mereka berjalan ke arah teater. Ketika mereka hampir berada
di depan teater, terjadilah sebuah ledakan. Evan dan Sandy terpental ke belakang.
Secara samar-samar, Evan melihat ada orang yang memerintah sejumlah orang
lainnya untuk masuk ke dalam teater, dan mencium bau asem yang menyebar di
mana-mana, tapi ia tidak bisa melihat jelas siapa orangnya, karena orang itu
juga tertutup oleh asap ledakan tadi. Evan pun pingsan sejenak. Ia mendapat
sebuah mimpi.
“Ini kayak mimpiku semalam!” teriaknya di dalam mimpinya.
“Tunggu apa ini?” Evan melihat ada semacam gelang yang menutupi lengan bawah
tangan kanannya.
Tiba-tiba terdengar suara yang entah dari mana asalnya.
“Cobalah cek kantong kirimu, di situ akan ada kartu, itu
adalah VVota Card.”
“Kantong kiri? Sebentar. Loh iya ada, padahal kantong kiri
gue kan isinya cuma charger hape.” Jawab Evan.
“Masukkan ke dalam gelang yang ada di tangan kananmu, dan
berubahlah.”
“Seperti ini? Oke. Berubah!”
Seketika cahaya menyelimuti tubuh Evan dan berubahlah ia
menjadi seorang kesatria bertopeng.
“Gunakanlah ini untuk melawan para penyerang teater! Cepat!
Sebelum mereka kembali menculik para member!”
“B-Baik!”
Evan pun terbangun dari pingsannya, ia langsung melipat
lengan kanan jaketnya dan tiba-tiba ada gelang di sana. Ia mengambil VVota Card
yang berada di kantong kirinya, dan memasukkannya di gelangnya.
“Berubah!” teriak Evan.
Tiba-tiba terdengar suara *VVOTA Form. ourya oi, ouyra oi,
ourya oi, ourya oi, aaaaa yosha ikuzo!* dan Evan pun berubah menjadi kesatria
bertopeng. Evan langsung berlari menuju teater dan terlihatlah penyerang tadi,
dan ada wujud berbeda, dan memiliki huruf VV di dahinya. Mungkin dia
pemimpinnya.
“Woi, apa maumu hah? Mau nyulik oshi-oshi kita?”
“Hmm? Kok bisa tahu ya? Siapa lu memangnya?
“Aku, engg…” Evan memikirkan nama yang bagus untuk
menyebutkan dirinya.
“Kan aku ini VVota, dan aku kayak kesatria bertopeng ini,
okedeh.”
“Aku adalah Kamen Rider VVota!”
“Alahh, VVOMBIE,
SERANG DIA!”
“VVombie? Waduh, bau asem apaan nih, bau banget!” Evan
mencium bau yang lebih menyerang daripada bau sampah yang membusuk 1 minggu,
lalu ia pun hampir terkapar di lantai.
Tapi suara teriakan para member membuat dia menguatkan
dirinya untuk melawan para VVombie.
“HIYAAAAA!” Teriaknya sambil berusaha menahan nafas, memukul
VVombie satu persatu sambil bergerak maju ke dalam teater.
“Huhuhu, akan kubiarkan kau menang saat ini, Kamen Rider!” teriak
pemimpin penyerang teater tadi bersama beberapa member yang berhasil dia culik
dan beberapa VVombie, dan VVombie yang ditinggalkan di teater masih melawan
Kamen Rider VVota. Tiba-tiba terdengar suara dari gelang Evan.
“Cepat gunakan hissatsu! Kalo enggak teater bakal hancur!
Tarik VVota Card dan dorong lagi.”
“B-Baik! Hissatsu.” Teriak Evan sambil menarik VVota Card,
lalu mendorongnya kembali.
*VVaro Force*
“Namanya apa yah… eng…”
“Cepetan tak ada waktu lagi!”
“Aaaargh, VVaro Kick!”
“Cih, ini baru permulaan. VVoshrek akan bangkit kembali!”
teriak salah satu VVombie sebelum lalu meledak.
Akhirnya para VVombie pun mati, dan beberapa melarikan diri.
Beberapa member masih terlihat shock dengan serangan tadi. Evan pun sudah
berubah kembali menjadi manusia, dan ia berjalan keluar teater. Para VVombie
sudah tidak terlihat tapi masih ada bau-bau menyengat yang mungkin masih
menempel di sekitar daerah teater. Ia melihat seseorang yang berpakaian serba
hitam dan memakai hoodie di sebrangnya, namun ia hiraukan.
***
Selanjutnya di Kamen Rider VVota
“Gimana hasil tes kakakmu?” tanya Anton.
“Ahh, bukan apa-apa.” Jawab Ryan.
“Beberapa tahun ke belakang, muncul seorang penjahat yang
disebut-sebut sebagai Jendral VVoshrek. Singkat cerita ia berhasil dikalahkan
oleh sekelompok vvota. Namun kami curiga ada seseorang yang berhasil
memindahkan pikiran VVoshrek ke tubuh baru.”
Episode 2: Bangkitnya Jenderal VVoshrek!
Haii! Gue Matthew dan gue akan post tentang Kamen Rider VVota versi gue di blog ini.
Sekiranya pembaca bisa menyukai cerita yang gue buat, dan sebelumnya mohon maaf jika banyak kesalahan kata, dan nama-nama oshi yang bersangkutan, dan delusi yang kurang memuaskan
eh, maaf, maksudnya vvaro yang kurang memuaskan.
Sampai jumpa di episode 1!
Sekiranya pembaca bisa menyukai cerita yang gue buat, dan sebelumnya mohon maaf jika banyak kesalahan kata, dan nama-nama oshi yang bersangkutan, dan delusi yang kurang memuaskan
eh, maaf, maksudnya vvaro yang kurang memuaskan.
Sampai jumpa di episode 1!