Posted by : Dwayne Matthew Evan Minggu, 24 Januari 2016

Sebelumnya, di Kamen Rider VVota!
“Perkenalkan namaku Anton, ini partnerku yang lagi menyetir, Ryan.”
“Gimana hasil tes kakakmu?” tanya Anton.
“Ahh, bukan apa-apa.” Jawab Ryan.
“Jenderal VVoshrek? Siapa?”
“Ton, senjatanya sudah beres!” teriak Ryan.

***

“Wah, udah beres aja.” Jawab Anton berteriak.
“Guys, ini nih, pedang baru yang udah aku kembangkan jadi bisa menggunakan teknologi VVota Card. Kan kau itu Kamen Rider VVota, jadi berilah nama buat pedang ini.”
“Hmm, light stick- pedang- hmm…” gumamnya. “B-Baik, Light-Sword!
“Nama macam apa itu?” tanya Anton dengan nada mengejek sambil menggeleng-gelengkan kepala.
“Aku ga jago dalam urusan nama, oke?” jawab Evan.
“Soal identitasmu sebagai Kamen Rider kau rahasiakan ya, jangan sampai semua orang lain tahu, maupun sahabat, pacar bahkan jika itu member sendiri ataupun JOT. (JKT48 Operation Team)”
“O-Oke deh.”
Tiba-tiba muncullah notifikasi pesan di handphone Evan.
“Kau masih di teater???” tanya Karen yang mungkin khawatir.
“Tidak, aku sudah menjauh dari teater, aku tidak apa-apa, tidak usah mengkhawatirkanku.” Jawab Evan.
“Baguslah kau baik-baik saja. Apa kita bisa bertemu sore ini? Di café yang biasa oke?” tanyanya lagi.
“Baiklah, aku mungkin akan terlambat datang ke sana.” Jawab Evan lagi di handphonenya.
“Siapa? Tanya Ryan.
“Pacar?” tambah Anton.
“Bukan, temanku, Karen, dia mengajakku bertemu, aku pergi dulu ya! Pedangnya aku titip dulu di sini.” Teriak Evan.
“Baiklah, kalau bisa besok ke sini ya, nanti lokasinya aku kirim ke handphonemu.” Balas Anton. “Ryan sudah menambahkanmu sebagai teman juga, jadi tidak masalah.”
“Pedangnya dibawa saja, ini mudah untuk dibawa kok.” Kata Ryan sambil menekan tombol seperti pelatuk senjata api, dan bilah pedang itu pun menghilang.
“Dasar, peretas. Baiklah akan kubawa.” Gumam Evan sambil mengambil pedang itu lalu meninggalkan tempat itu.
Evan pun langsung menaiki kendaraan umum untuk menuju café yang biasa ia kunjungi bersama Karen sejak awal mereka mulai sering bertemu, yaitu J-Café. J-Café adalah tempat yang cukup menarik, desain café-nya juga desain Jepang modern, dan juga setiap malam minggu sering ada perform dari para penyanyi solo, maupun band, dengan genre yang juga bervariasi. Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya sampailah Evan di J-Café.
“Irashaimase!” sambut pelayan di café itu saat Evan memasukinya.
Terlihatlah Karen yang mengenakan baju berwarna pink, jaket berwarna abu, celana jeans biru panjang, dan sepatu kets berwarna pink-putih.
“Maaf, udah nunggu lama ya?” tanya Evan sambil menarik kursi dan duduk.
“Gak juga, aku baru sampai 2 menit yang lalu kok.” Kata Karen.
“Jadi ada apa, Ren?” tanya Evan.
“Aku khawatir tentang serangan di teater kemarin.” Kata Karen.
“Kau tak usah khawatir, soalnya kan… eng… ada… kesatria berani yang akan melindungi para member dengan gagah berani!” kata Evan dengan nada agak keras sambil berdiri dari kursinya dan berpose layaknya seorang kesatria berani.
“Ah kau ada-ada saja, hahaha.”
“Dan juga aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” Tambah Karen.
“Iya, kenapa?”
“Iyaa, jadi sebenarnya, selama ini, aku…”
Tiba-tiba handphone Evan berdering.
“Sebentar ya, Sandy nelepon nih.” Jawab Evan. “Iya kenapa, San?”
“Eh Van, kau tidak apa-apa?” tanya Sandy di telepon.
“Iya aku tidak apa-apa, kenapa memangnya?” tanya Evan.
“Tidak, aku bingung mencari-carimu yang tiba-tiba menghilang sesudah serangan di teater.”
“Ohh itu, eng… gimana ya.. eng… oh iya aku tadi kan langsung lari gitu, ehehehe.” Jawab Evan dengan agak terbata-bata.
Karen memasang pandangan dia-pasti-berbohong.
“Yasudah kalau begitu, kemarilah, aku dapat sesuatu yang penting dari serangan teater tadi, dan juga aku melihat monster di sini!” Kata Sandy.
“Hah? Apa katamu? Sial” jawab Evan. “Send location-mu, aku akan datang.”
Evan pun menutup telepon, “Ren, maaf, aku harus ketemu Sandy nih, tidak apa-apa ditinggal ya? Kau juga hati-hati loh. Dadah!”
“I-Iya, d-dadah.” Jawab Karen yang terlihat di raut wajahnya, agak kecewa. Tapi ia tetap tersenyum.
Dari J-Café, Evan berlari menuju tempat di mana Sandy melihat monster, yang pastinya vvombie. Akhirnya ia pun sampai.
“Sandyyy!!” teriak Evan.
“Van, di sebelah sini!” teriak Sandy, kembali.
“Hmm, jadi itu monsternya, dia gak keliatan seperti VVombie.” Gumam Evan. “Cepat lari!” teriak Evan.
“Berubah!”
*VVOTA Form. ourya oi, ourya oi, ourya oi, ourya oi, aaaaa yosha ikuzo!*
“Pembela kebenaran di dunia ngidol! Aku Kamen Rider VVota! Rasakan ini VVombie!” teriak Evan sambil menyerang.
“Aku bukan VVombie, huhuhu. Aku moenster!”
“Apapun namamu itu, itu sangat meresahkan dunia peridolan!”
Mereka pun bertarung cukup sengit, tapi moenster ternyata lebih kuat daripada Kamen Rider VVota.
Ryan pun menghubungi Evan melalui jaringan, “Gunakan pedangnya! Tekan tombol yang mirip pelatuk itu!”.
“B-Baik.” Kata Evan.
Ia pun mengambil gagang pedang yang ada di belakang beltnya lalu menekan tombol itu. Gagang pedang itu layaknya grip senjata. Sesudah tombol itu ditekan, tiba-tiba muncullan bilah pedang yang cukup panjang.
“Wogh, Light Sword. Oke dah! Rasain ini moenster!” teriak Evan.
Kepercayaan dirinya menyebabkan semangat yang tak patah demi JKT48 membuatnya melakukan serangan bertubi-tubi kepada moenster hingga moenster itu pun lengah.
“Gunakan Hissatsu. “Lepas VVota Card dari braceletmu, lalu pasangkan di PP Deck di pedangmu, itu hissatsunya!” teriak Ryan.
“B-Baik. Rasakan ini. Hissatsu: Light Saber!” teriak Evan.
*VVaro Force*
Bilah pedang itu pun menyala bagaikan light stick.
“Haaaaaaargh! Taiga! Faiya! Saiba! Faiba! Daiba! Baiba! Jya jya!” teriak Evan dengan menyerang dengan 1 kata per 1 serangan kepada moenster itu.
“Aaaargh tidakk…” kata moenster itu sambil terjatuh. “Kau akan menerima a…” lanjut moenster itu, lalu meledak.
Evan pun mencabut VVota Card dari pedangnya lalu ia pun berubah kembali menjadi manusia biasa. Sandy pun menghampirinya.
“Mana monster tadi?” katanya.
“Ohh, tadi ada kesatria berani yang melawannya.” Jawab Evan dengan nada sombong.
“Ohh begitu ya.”
“Ngomong-ngomong kau mau beritahu apa tadi?”
“Oh iya, sesudah serangan di teater tadi, aku menemukan ini…”
“BERSIAP-SIAPLAH PARA VVOTA DAN PARA MEMBER AKAN REVOLUSI IDOL” sebuah pesan tertulis yang ditempel di belakang pintu teater.
“Sial.” Gumam Evan.
Handphone Evan pun berbunyi. Ternyata pesan singkat yang berisikan, “Markas. Sekarang.”
“Maaf, San, ada urusan lagi, aku harus pergi. Nanti kita ngobrol lagi ya!”

***

Selanjutnya di Kamen Rider VVota
“P-PHOTOPACK? DARIMANA KAU MENDAPATKANNYA? INI BAGUS SEKALI!” teriak Evan tiba-tiba sambil kegirangan.
“Teman-teman, VVombie sedang berulah di sebuah tempat nongkrong! Mereka menyerang para VVota di sana!” teriak Ryan.
Mempunyai daya tarik yang akan selalu membuat kalian semua penasaran!”

Episode 4: Ultimate Photopack!

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

Any Suggestions/Comments?

Follow


Followers

Diberdayakan oleh Blogger.

Copyright © 2016 Kamen Rider VVota -Black Rock Shooter- Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan - Re-Designed by Dwayne Matthew Evan