Posted by : Dwayne Matthew Evan
Minggu, 10 Januari 2016
Langkah kakinya terhenti saat ia menginjak eskalator. Ia
sedang menuju lantai 4 di FX. Ia terlihat agak buru-buru. Ia langsung berlari
ke arah teater JKT48. Tapi sebelum ia sampai ke depan teater, terjadilah sebuah
ledakan di depan teater. Lalu di bayang-bayang asap hasil ledakan terlihatlah
seseorang yang ia tidak ketahui yang terlihat sedang memerintah seperti pasukan
untuk masuk ke dalam teater dan menyerang. Ia sempat tak sadar untuk beberapa
saat, lalu terbangun. Ia langsung melipat bagian lengan jaketnya yang sebelah
kanan, mengambil sebuah kartu dari kantungnya, dan memasukkannya ke benda
seperti gelang. “Henshin!” teriaknya. Tiba-tiba ia berubah menjadi seorang
kesatria bertopeng dan melawan orang yang menyerang teater JKT48.
***
“Aduh, ternyata mimpi ya.”
Evan adalah seseorang VVota pemula, yang terkagum-kagum oleh
Jepang; musik dan budayanya. Ia adalah seorang pemuda lulusan IT, yang sedang
mengajukan sebuah pekerjaan ke suatu perusahaan. Dan juga ia terkenal
anti-sosial, alias pendiam, dan dia juga kurang bisa bersosialisasi dengan
sesama. Ia juga memiliki seorang sahabat yang bernama Karen. Karen adalah
seorang wanita yang hidup mandiri dan sudah bekerja sebagai akuntan di sebuah
perusahaan yang tidak terlalu besar, dan juga tidak terlalu kecil.
“Selamat pagi :)” terlihatlah notifikasi di telepon genggam
Evan.
“Selamat pagi, Karen.” Jawabnya.
“Siang nanti ada waktu? Kita makan siang yuk?”
“Maaf, aku mau ke teater JKT48, besok aja gapapa?”
Karen hanya membaca jawaban Evan. Setelah 10 menit,
muncullah balasan.
“Oke :)”
Hari ini adalah hari pertamanya pergi ke teater JKT48. Waktu
menunjukkan pukul 7 pagi. Ia pun bersiap-siap. Ia memanaskan mentega di teflon,
lalu mengoleskan selai kacang ke roti yang akan ia santap, lalu dipangganglah
roti itu. Tak lupa juga membuat teh hangat. Sesudah sarapan, ia menggosok
giginya dan mandi, lalu memakai baju bertemakan JKT48 sebelum ia berangkat ke FX.
Karena ini adalah hal pertamanya yang cukup bersejarah bagi dirinya, dia
berangkat bersama fanbase oshinya, Shanjunisme.
“Oi San.”
“Oi San.”
“WOOIII SANDYYYY!”
Evan terus memanggil temannya Sandy, yang hendak menemaninya
pergi ke teater untuk pertama kalinya.
“Incoming call from Evan.” Tulisan itu terpampang jelas di
handphone Sandy dengan bunyi ringtone lagu River.
Sandy pun terbangun, lalu melihat handphonenya yang daritadi
berbunyi notifikasi pesan.
“SANDYYY”
“KAU KEMANA?”
“KATANYA MAU MENEMANIKU.”
“INI HARI PERTAMAKU TEATER-AN, INGET KAU LUPA?”
“SANDYYY.”
“SANDYYYYYY”
“OOOOIII”
“OYY”
“OYY”
“OYY”
“OYY”
“OYY”
Sandy juga melihat ada 5 telepon tidak dijawab olehnya dan
semuanya berasal dari Evan. Sandy pun membalas.
“Taiga.. faiya.. saiba.. faiba.. daiba.. baiba.. jya jya!”
“Malah ngechant. Kau di mana? Udah jam berapa ini? Kita udah
di depan FX ini!” jawab Evan lagi.
“Oh iya maaf, aku kesiangan! Sebentar lagi aku ke sana.”
Akhirnya setelah 30 menit, Sandy pun datang. Tapi saat Sandy
tiba, yang lain sudah duluan menuju teater. Evan terlihat sedang menunggu Sandy
di lobby FX.
“Maaf, maaf, aku kesiangan.”
“Ya sudah deh yang penting kau datang. Ayo, yang lain sudah
naik ke atas.”
Mereka pun menaiki eskalator menuju lantai 4. Sesampainya
berada di lantai 4, mereka berjalan ke arah teater. Ketika mereka hampir berada
di depan teater, terjadilah sebuah ledakan. Evan dan Sandy terpental ke belakang.
Secara samar-samar, Evan melihat ada orang yang memerintah sejumlah orang
lainnya untuk masuk ke dalam teater, dan mencium bau asem yang menyebar di
mana-mana, tapi ia tidak bisa melihat jelas siapa orangnya, karena orang itu
juga tertutup oleh asap ledakan tadi. Evan pun pingsan sejenak. Ia mendapat
sebuah mimpi.
“Ini kayak mimpiku semalam!” teriaknya di dalam mimpinya.
“Tunggu apa ini?” Evan melihat ada semacam gelang yang menutupi lengan bawah
tangan kanannya.
Tiba-tiba terdengar suara yang entah dari mana asalnya.
“Cobalah cek kantong kirimu, di situ akan ada kartu, itu
adalah VVota Card.”
“Kantong kiri? Sebentar. Loh iya ada, padahal kantong kiri
gue kan isinya cuma charger hape.” Jawab Evan.
“Masukkan ke dalam gelang yang ada di tangan kananmu, dan
berubahlah.”
“Seperti ini? Oke. Berubah!”
Seketika cahaya menyelimuti tubuh Evan dan berubahlah ia
menjadi seorang kesatria bertopeng.
“Gunakanlah ini untuk melawan para penyerang teater! Cepat!
Sebelum mereka kembali menculik para member!”
“B-Baik!”
Evan pun terbangun dari pingsannya, ia langsung melipat
lengan kanan jaketnya dan tiba-tiba ada gelang di sana. Ia mengambil VVota Card
yang berada di kantong kirinya, dan memasukkannya di gelangnya.
“Berubah!” teriak Evan.
Tiba-tiba terdengar suara *VVOTA Form. ourya oi, ouyra oi,
ourya oi, ourya oi, aaaaa yosha ikuzo!* dan Evan pun berubah menjadi kesatria
bertopeng. Evan langsung berlari menuju teater dan terlihatlah penyerang tadi,
dan ada wujud berbeda, dan memiliki huruf VV di dahinya. Mungkin dia
pemimpinnya.
“Woi, apa maumu hah? Mau nyulik oshi-oshi kita?”
“Hmm? Kok bisa tahu ya? Siapa lu memangnya?
“Aku, engg…” Evan memikirkan nama yang bagus untuk
menyebutkan dirinya.
“Kan aku ini VVota, dan aku kayak kesatria bertopeng ini,
okedeh.”
“Aku adalah Kamen Rider VVota!”
“Alahh, VVOMBIE,
SERANG DIA!”
“VVombie? Waduh, bau asem apaan nih, bau banget!” Evan
mencium bau yang lebih menyerang daripada bau sampah yang membusuk 1 minggu,
lalu ia pun hampir terkapar di lantai.
Tapi suara teriakan para member membuat dia menguatkan
dirinya untuk melawan para VVombie.
“HIYAAAAA!” Teriaknya sambil berusaha menahan nafas, memukul
VVombie satu persatu sambil bergerak maju ke dalam teater.
“Huhuhu, akan kubiarkan kau menang saat ini, Kamen Rider!” teriak
pemimpin penyerang teater tadi bersama beberapa member yang berhasil dia culik
dan beberapa VVombie, dan VVombie yang ditinggalkan di teater masih melawan
Kamen Rider VVota. Tiba-tiba terdengar suara dari gelang Evan.
“Cepat gunakan hissatsu! Kalo enggak teater bakal hancur!
Tarik VVota Card dan dorong lagi.”
“B-Baik! Hissatsu.” Teriak Evan sambil menarik VVota Card,
lalu mendorongnya kembali.
*VVaro Force*
“Namanya apa yah… eng…”
“Cepetan tak ada waktu lagi!”
“Aaaargh, VVaro Kick!”
“Cih, ini baru permulaan. VVoshrek akan bangkit kembali!”
teriak salah satu VVombie sebelum lalu meledak.
Akhirnya para VVombie pun mati, dan beberapa melarikan diri.
Beberapa member masih terlihat shock dengan serangan tadi. Evan pun sudah
berubah kembali menjadi manusia, dan ia berjalan keluar teater. Para VVombie
sudah tidak terlihat tapi masih ada bau-bau menyengat yang mungkin masih
menempel di sekitar daerah teater. Ia melihat seseorang yang berpakaian serba
hitam dan memakai hoodie di sebrangnya, namun ia hiraukan.
***
Selanjutnya di Kamen Rider VVota
“Gimana hasil tes kakakmu?” tanya Anton.
“Ahh, bukan apa-apa.” Jawab Ryan.
“Beberapa tahun ke belakang, muncul seorang penjahat yang
disebut-sebut sebagai Jendral VVoshrek. Singkat cerita ia berhasil dikalahkan
oleh sekelompok vvota. Namun kami curiga ada seseorang yang berhasil
memindahkan pikiran VVoshrek ke tubuh baru.”
Episode 2: Bangkitnya Jenderal VVoshrek!
"Evan mencium bau yang lebih menyerang daripada bau sampah yang membusuk 1 minggu"
BalasHapusThis is... un-imagine-able awokokokoawkowakwaokawokwaokaw
dalam sastra untuk menjelaskan sesuatu yang biasa harus menggunakan yang luar biasa :v supaya lebih mudah ditangkap apa yang dimaksud oleh penulis
Hapus