Posted by : Dwayne Matthew Evan
Minggu, 14 Februari 2016
Sebelumnya, di Kamen Rider VVota!
Kamen Rider VVota tiba-tiba memanggil sebuah motor yang
cukup besar untuk badannya, sebuah motor yang bernomor 48, dan terlihat ada
Photopack Deck di dashboard motor itu. Kamen Rider VVota langsung menaikinya,
menancap gas dan mengejar VVombie itu.
*Type Change.*
“LIGHT GUN!” teriak Kamen Rider VVota.
Ia pun menembaki vvombie yang kabur itu dari kencangnya
motor yang masih berjalan.
“Apa? Baiklah aku akan jaga ja…. AARGH!”
Kamen Rider VVota terjatuh dari motornya karena ia lengah
saat mengangat telepon dari Anton jadi tembakan VVombie mengenai dirinya.
Terlihatlah di belakang Anton menyusul dengan mobil vannya,
dan terlihatlah Evan yang sudah terkapar di tengah jalan dengan motornya. Dan
juga terlihat pula orang dengan baju serba hitam di situ, namun tidak ada yang
menyadarinya.
“Ayo bantu naikkan dia dan motornya sebelum aku antar kalian
pulang.” Kata Anton kepada para VVota yang sudah sembuh dari amnesianya itu
yang berada di mobil vannya.
“Aku tidak mau pulang sebelum temanku kembali!” kata salah
satu VVota.
“Hmm?” sahut Anton.
“Karena… karena… aku sudah berjanji kepada orang tuanya
bahwa aku akan menjaganya di sini!”
“Baiklah, kita akan menemukan temanmu itu, kau tenang saja.”
Para VVota itu pun membantu Anton menaikkan motor itu dan Evan
ke mobil vannya, ya meskipun mvil vannya tidak cukup, tapi mereka
memaksakannya. Evan pun terlihat hanya melihat dengan tatapan kosong. Anton pun
mengantarkan satu-satu VVota ke rumahnya ataupun ke tempat di mana mereka
menginap untuk beberapa vvota dari luar kota, kecuali si VVota yang ingin
menyelamatkan temannya ini.
“Ngomong-ngomong, siapa namamu?” tanya Anton.
“Namaku Felix.” Jawabnya.
“Dan siapa nama temanmu itu?”
“Yuka…”
“Baiklah Fel, aku berjanji kita pasti akan menemukan Yuka,
oke?”
“T-Terima kasih ya..”
Akhirnya mereka sampai di rumah Anton. Orang tua Anton
sedang berada di luar kota untuk urusan pekerjaan. Mereka pun menurunkan motor
dan Evan masuk ke ruangan kerja Anton. Evan dibaringkan di meja, dan Anton pun
meninggalkan Felix dan Evan di ruangannya untuk mengambilkan minum. Saat
kembali wajah Felix agak terkejut.
“Ada apa, Fel?” tanya Anton
“Dia.. dia… sudah sadar!”
“Benarkah?!”
“Hei Van, Van! Oii!” panggilnya.
“Hmm? Anton? Ini di mana?” jawab Evan.
“Ini di rumahku.”
“Hmm? Kok aku baru melihat ruangan ini ya?”
“Kau sudah pernah ke sini kok.”
“Masa iya? Aku tidak ingat.” Kata Evan dengan yakin.
“Jangan-jangan.. dia jadi amnesia?” pikir Anton.
“Benda apa ini yang ada di tangan kananku?” tanya Evan.
“Sial, dia benar-benar lupa.” Gumamnya.
“Itu bracelet, kau ingat?” tanya Anton.
“Bracelet apa?” tanya Evan lagi.
“Sudahlah… nanti saja kita bahas lagi.”
Tiba-tiba Handphone Evan berdering.
“Maaf ini Karen, aku harus mengangkatnya. Iya kenapa, Ren?”
“Bisakah kita bertemu?” tanya Karen.
“Bisa saja, di mana?”
“Kudengar ada sebuah toko buku baru, ada kafenya,
orang-orang bilang sih toko buku kafe, baru buka dua minggu yang lalu. Nanti
aku send location ya.”
“Baiklah, aku akan segera ke sana.”
“Hei, bawa saja motor yang ada di depan oke?” kata Anton.
“Motormu? Oke, terima kasih!”
Evan pun keluar. Melihat motor itu, ia merasa seperti Déjà
vu.
“Hmm, kayaknya pernah liat, tapi di mana ya? Ah mungkin di
mimpi saja.”
Evan langsung menyalakan motor itu, dan menancapkan gas
menuju toko buku kafe. Sesampainya di sana, ia memarkirkan motornya lalu masuk.
“Selamat datang!” kata salah satu pelayan.
“Hei Van, di sini!” panggil Karen.
“Haii. Jadi ada apa memanggilku ke sini?”
“Enggak aku hanya ingin mengobrol saja. Aku melihat berita
tentang ada monster yang menyerang seorang pahlawan bertopeng yang pernah
terlihat juga di teater JKT48 dan menyelamatkan para vvota, lalu ia terjatuh
saat mengejar monster tersebut.”
“Hah? Memang ada kejadian seperti itu belakangan ini?”
“Jadi kau lupa ya?”
“Kenapa semua orang bilang aku lupa? Apa aku melewatkan
sesuatu?”
“Hmm, tidak juga. Kalau begitu kau membutuhkan ini.”
“Membutuhkan apa?”
“River.” Kata Karen yakin.
“Apa itu? Sungai?” tanya Evan.
“Kau akan tahu.” Jawab Karen.
Sejak saat itu, sampai ia pulang, sampai menjelang tidur
juga, ia terus memikirkan itu, River. Ia pun tertidur, lalu bermimpi. Dalam
mimpinya, ia melihat Shanju memberikan wink kepadanya dengan diiringi lagu River.
Ia pun terbangun dan hari sudah pagi. Ia akhirnya mengerti apa maksudnya. Ia
pun mandi dan bersiap-siap lalu menaiki motornya dan menuju rumah Anton.
“Anton!” teriak Evan saat sampai di rumah Anton.
“Iyaa? Kenapa, Van?” tanya Anton.
“Aku sudah mendapatkan jawabannya!” kata Evan yakin.
“Jawaban apa?”
Tiba-tiba handphone Anton berdering.
“Ini dari Ryan! Halo?”
“Ton! Maaf aku tidak bisa lama-lama, cepatlah datang ke
pabrik sepatu yang sudah lama ditinggalkan, yang di pinggiran kota! Atau tidak
vvombie ini akan melepaskan special powernya hingga seluruh dunia! Ini tidak
hanya akan berlaku untuk JKT48 saja, tapi untuk seluruh 48 Family yang ada!
Kami yang ditangkap juga akan ia ubah menjadi vvombie! Maaf aku harus pergi”
Kata Ryan terburu-buru.
“Baiklah aku mengerti!” kata Anton.
“Hei Fel, siapkan barangmu, kita jemput temanmu!”
***
“Hei, apa yang kau lakukan?” teriak salah satu VVombie
kepada Ryan.
“Tidak, aku tidak melakukan apa-apa.” Jawab Ryan.
“Sebaiknya memang begitu. Kau tidak akan bisa apa-apa jika
kami sudah mengubahmu menjadi seperti kami.”
Tiba-tiba terdengar tangisan seorang wanita.
“Hei, siapa namamu? Aku Ryan.”
“N-Namaku… Y-Yuka…” jawabnya.
“Kau tidak usah khawatir. Aku akan mengeluarkanmu dari sini?
Oke?”
***
Sampailah Anton dan Evan di pabrik yang dimaksud. Dari luar
saja sudah terdengar ada suara aneh di dalam. Menurut orang-orang sekitar,
suara itu adalah suara dari para pegawai pabrik yang mati di pabrik itu. Tapi
sebenarnya itu adalah ulah VVombie.
“Hei, nanti kau pasangkan kartu yang ada di kantung kirimu
di bracelet ini, lalu berubahlah, oke? Ayo kita masuk.” Kata Anton.
Mereka pun masuk ke pabrik itu. Dan terdengarlah sebuah
teriakan minta tolong dan asalnya dari sebuah ruangan yang berada di belakang
VVombie bersenjata jarak jauh yang kemarin.
“Ternyata kau sudah tiba, Kamen Rider.” Kata VVombie itu.
“Aku tidak tahu apa yang kau katakan. Meskipun mungkin aku
tidak ingat,” Kata Evan, “tetapi yang aku percayai, seluas apapun sungai di
hadapan kita, pasti akan ada tepiannya! Sama seperti ingatanku, selama aku
berusaha mengingatnya pasti akan teringat kembali! Berubah.”
*VVOTA Form. ourya oi, ourya oi, ourya oi, ourya oi, aaaaa yosha
ikuzo!*
“Oh yeah! Sekarang aku ingat semuanya! Light sword!”
Evan pun menyerang VVombie itu dengan penuh semangat dan
hati-hati, sebab ia berpikir jika mengenai tubuhnya ia bisa lupa kembali.
“Sepertinya aku tidak bisa mengalahkannya dengan form ini.
Baiklah! Ayo Desy!”
*Chouzetsu Kawaii! Genoveva Form*
Evan pun menekan Trigger di Handle Light Swordnya lalu
bilahnya menghilang. Ia menarik PP Deck, memiringkannya, lalu mendorongnya ke
bawah, dan jadilah Light Gun. Ia pun beradu tembakan dengan VVombie itu, dan
akhirnya terlihatlah kelengahan vvombie tersebut saat menembak, yaitu saat
menembak, sisi titik butanya tidak terjaga.
“Hissatsu! Wink wa Sankai! (Berkedip 3 Kali)”
Di ujung Light Gun pun bercahaya dan menembak tiga kali
seperti sebuah kedipan mata.
“Tidaaak!!! Aku tidak percaya kau menang!” teriak VVombie
itu lalu meledak.
Pintu di mana Ryan dan yang lainnya disandera itu pun dibuka
oleh Kamen Rider VVota. Sebagian besar mengucapkan terima kasih lalu mengajak
berfoto bersama (loh).
“Felix!”
“Yuka! Maaf aku tidak menjagamu dengan baik!”
“Iya tidak apa-apa, yang penting aku selamat.”
“Kalau begitu, ayo kita pulang.” Kata Ryan.
“Tidak secepat itu.” Terdengar suara perempuan yang
terdengar familiar bagi Ryan.
“Aku kenal suara ini. Ini seperti suara… ini pasti tidak
mungkin.”
***
Selanjutnya di Kamen Rider VVota
“Kakak? Apa maksudmu?” tanya Anton.
*RAMPAGE*
“Hissatsu!” teriak Evan.
“Kau lagi. Aku? Hanya ingin menjadi bagian dari dunia
peridolan. Mereka tidak akan menerimaku jadi aku akan masuk dengan memaksa, dan
semua member yang lain akan kuubah menjadi moenster! Hahaha!”
“Berisik, kami para VVota tidak akan pernah menerima member
yang kejam sepertimu!”
Episode 7: Titik Awal Revolusi Idol?